Friday, August 21, 2015

101 Guru Kembali di Utus Mendidik Anak TKI di Malaysia dan Filipina



Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( Ditjen GTK Kemdikbud) kembali memberangkatkan 101 guru untuk mengajar, mendidik, dan membina anak-anak tenaga kerja Indonesia (TKI) di  Sabah, Malaysia dan Mindanao, Filipina.

Direktur Jenderal GTK Sumarna Surapranata mengatakan, pengiriman guru untuk mengajar dan mendidik anak TKI di luar negeri sebagai bukti negara hadir untuk memberikan layanan pendidikan bagi seluruh warga Indonesia yang belum dapat bersekolah dan untuk memenuhi wajib belajar (Wajar) 9 tahun bagi anak TKI yang kesulitan dalam memperoleh pendidikan.

"Ini wujud kehadiran negara untuk anak bangsa. Ini sudah kali keenam kita mengirim guru untuk mengajar anak-anak TKI di sana," kata Pranata pada Upacara Pengukuhan 101 Guru untuk Mendidik Anak Indonesia di Sabah, Malaysia dan Mindanao, Filipina 2015, di Hotel Best Western, Jakarta.

Berdasarkan data Kemdikbud per September 2015 terdapat 24.856 siswa dari 53.687 anak berusia 1-18 tahun yang membutuhkan layanan pendidikan layak di Sabah, Malaysia.

Dia menuturkan sebelumnya, pemerintah telah mengirimkan 299 guru PNS dan non PNS sejak 2011 sebanyak lima tahap. Mereka dikontrak selama dua tahun dengan gaji sebesar Rp 15 juta per bulan tanpa ada tunjangan profesi lainnya.

Berdasarkan jadwal, 101 guru ini akan diberangkatkan melalui bendara internasional Soekarno-Hatta.

Untuk tahap keenam ini, Pranata mengatakan para guru yang dikirim ke Sabah, Malaysia sebanyak 98 orang yang dibagi dua bagian meliputi 89 orang untuk mengajar SD dan 6 orang untuk mengajar sekolah menengah. Selain itu, enam guru juga di berangkatkan ke Mindanao, Filipina yang berasal dari latar belakang pendidikan biologi, matematika, bahasa Inggris, geografi, dan bimbingan konseling (BK).

Pranata mengatakan, para guru yang diberangkatkan bukan sekadar bisa mengajar. Tetapi para guru ini dapat membina anak-anak TKI untuk menjadi calon guru. Hal ini yang membuat pemerintah tidak asal mengirim para guru. Harus melalui sejumlah tahap seleksi.

"Mereka yang lolos seleksi semuanya berasal dari lulusan terbaik dari universitas terbaik Tanah Air dengan IPK di atas tiga dan terlibat aktif berorganisasi," tuturnya.

Dia menambahkan, para guru yang diberangkatkan juga sebagian besar berasal dari Sarjana Mendidik di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan (SM-3T) yang memiliki keahlian karena akan menjadi guru multifungsi. Sebab mereka tidak hanya sekadar mengajar, tetapi harus mampu menjadi pembina dan pembimbing anak bangsa untuk mengenal budaya dan menumbuh kembangkan rasa cinta Tanah Air.

Sementara itu, untuk proses seleksi para guru, Pranata menuturkan, proses seleksinya melibatkan Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) di seluruh Tanah Air.

Berdasarkan tempat seleksinya, para guru yang diberangkatkan ke Malaysia berasal dari lima LPTK meliputi 40 dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, 13 dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), dan 15 guru dari Univeristas Negeri Surabaya (Unesa). Sedangkan untuk yang ditempatkan di Mindanao, Filipina diambil dari empat lPTK yang meliputi, dua dari UPI, satu dari Unesa, satu dari Universitas Medan (Umimed), dan satu dari Universitas Negeri Makassar.

Pranata mengatakan, sebelum diberangkatkan pemerintah memberikan pembinaan selama tiga hari di Bandung. Materi pembinaan mengunakan sistem pendekatan desa bahagia.

Pranata mengatakan, pengiriman guru ke luar negeri merupakan program tahunan untuk mengisi kekosongan guru di sana karena berdasarkan data Kemdikbud, jumlah guru yang di berangkatkan sejak 2011 ada 11.400 dan 77 kembali mengabdi di Tanah Air.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Angkatan Enam, Idris (31) mengatakan motivasinya mau mengikuti program mendidik anak -anak bangsa yang kesulitan karena sebagiannya merupakan pendudukan ilegal dari TKI merupakan wujud membaktikan diri pada bangsa dan negara.

Idris menuturkan, setelah lulus seleksi pihaknya mendapat pelatihan selama empat bulan untuk siap mengadapi lokasi yang akan dituju. Berdasarkan pembagian lokasi, Indris mendapat tugas mengabdi di Sabah, Malaysia.

"Untuk lokasi bagaimananya kita belum tahu tetapi saya kebagian yang ke Sabah. Kami semua telah siap ditempatkan di mana saja, karena ini panggilan dan tugas negara," ujar lulusan Serjana Pendidikan asal Sukabumi, Jawa Barat.

Idris merupakan guru sekolah dasar dengan status PNS yang diangkat per 2009 dengan golongan 3A yang mau mengabdi untuk mencerdaskan anak bangsa.

No comments:

Post a Comment